EKSKRESI DAN SISTEM EKSKRESI
1. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol
kelenjar tanpa saluran (
ductless) yang
menghasilkan
hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran
darah untuk memengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai
"pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam
tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi
suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan
kelenjar
eksokrin seperti
kelenjar
ludah,
kelenjar
keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam
saluran
gastroinstestin.
Sistem endokrin adalah suatu proses dalam tubuh yang dapat
memberikan rangsangan berupa rangsangan lambat, seperti pertumbuhan sel.
Rangsangan yang cepat seperti pernafasan dan pergerakan tubuh yang dikontrol
oleh sistem saraf. Tetapi dapat diketahui bahwa sistem saraf dan sistem
endokrin adalah suatu sistem yang terpisah, tetapi kedua sistem tersebut akan
bekerja sama terhadap setiap rangsangan fungsi tubuh.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula),
sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi
dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran
darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan
pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
Kelenjar adalah sekelompok sel yang menghasilkan atau mensekresi
senyawa kimia. Senyawa kimia yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut akan
melepaskan diri dari darah atau sekresi senyawa kimia untuk dapat memberikan
respon dalam tubuh. Beberapa tipe kelenjar melepaskan senyawa kimia pada
lingkungan yang khusus. Sebagai contohExocrine gland (kelenjar eksokrin) seperti kelenjar
rasa manis dan ludah, pelepasannya dalam kulit atau dalam mulut. Kelenjar
endokrin dilain pihak, melepaskan lebih dari 20 jenis hormon yang dibawa dalam
aliran darah, yang dapat memberikan rangsangan dari sel yang satu ke sel yang
lainnya dalam tubuh.
2. Jenis Kelenjar Endokrin
Kelenjar
endokrin (endocrineglarul) terdiri dari (1) kelenjar hipofise atau pituitari (hypophysisor pituitary glanrl) yang terletak di dalam rongga
kepala dekat dasar otak; (2) kelenjar tiroid (thyroid glanrl) atau kelenjar gondok yang terletak
di leher bagian depan; (3) kelenjar paratiroid (parathyroidglanrl) dekat kelenjar tiroid; (4)
kelenjar suprarenal(suprarenalglanrl) yang
terletak di kutub atas ginjal kiri-kanan; (5) pulau Langerhans (islets of langerhans) di dalam jaringan kelenjar
pankreas; (6) kelenjar kelamin (gonarl)laki
di testis dan indung telur pada wanita. Placenta dapat juga dikategorikan sebagai
kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon.
a.
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari
semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin
lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor
emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan
posterior. Bagian anterior menghasilkan hormon pertumbuhan, prolaktin,
tirotropin, kortikotropin, endorfin, dan hormon seks. Sedangkan pada bagian
posterior menghasilkan hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin.
·
Adrenolcorticoid hormone (ACTH)
·
Prolaktin asi
·
Tyroid Simulating hormone (TSH)
·
Gonadotropin
FSH : spermatogenesis dan oogenesis
LH : ovulasi
·
Somatropin : untuk pertumbuhan
tulang
Kelenjar
hipofise berukuran tidak lebih besar dari kacang tanah terletak terlindung di
dasar tengkorak. Kelenjar ini terbagi atas 2 bagian, bagian depan dan bagian
belakang. Bagian belakang merupakan kelanjutan dari hiPotalamus (bagian dari otak). Kelenjar ini
menghasilkan hormon pertumbuhan (growth
hormone), hormon perangsang
tiroid (TSH), perangsang gonad (FSH), dan lain-lain. Hormon pertumbuhan banyak
dihasilkan selama masa pertumbuhan, tetapi menurun setelah manusia mencapai
usia dewasa. Jika hormon itu dihasilkan dalam jumlah berlebih selama masa
pertumbuhan, akan didapatkan anak menjadi sangat tinggi.
b.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar
pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi
untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih
besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid
(TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus
melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang
mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang
bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok berbentuk
mirip kupu-kupu yang menempel di bagian depan batang tenggorok (trachea). Kelenjar ini ikut naik turun pada
waktu menelan. Pembesaran kelenjar tiroid disebut goiter atau struma. Pembesaran ini dapat disebabkan
oleh kebanyakan produksi hormone atau karena kekurangan iodium hingga produksi hormon berkurang,
dan pada kasus lain karena tumor. Produksi hormon yang berlebihan dapat
menyebabkan gejala jantung berdebar, yang bila berlarut-Iarut akan melemahkan
jantung, banyak keringat dan berat badan turun, serta mata menonjol seperti
ikan koki. Pembesaran tiroid yang aktif disebut hot nodule dan yang tidak aktif disebut cold nodule.
c.
Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang
mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali
keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium
darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap
perkembangan sel chief.
Kelenjar paratiroid menghasilkan parathormon yang turut mengatur kadar calcium darah. Kelenjar ini berukuran
sebesar beras, beIjumlah 4, terletak di sudut-sudut kelenjar tiroid, karena itu
kadang-kadang ikut terpotong pada operasi tiroid. Jika itu terjadi, bagi yang
bersangkutan tidak terlalu menjadi masalah jika masih ada 1-2 kelenjar yang
tertinggal. Tanpa kelenjar ini yang bersangkutan akan mengalami kejang otot karena
gangguan kadar calcium darah.
d.
Adrenalin
Kelenjar suprarenal, bagian pinggir (cortex) dan tengah (medulla). Bagian cortex menghasilkan hormon pengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh (adrenocorticotrophichormone, ACTH) dan vital untuk kehidupan.
Bagian medulla menghasilkan adrenalin dan juga merupakan bagian dari
sistem simpatis. Kelenjar suprarenal juga menghasilkan sex-hormonedalarn jumlah
sedikit.
e. Pankreas
Kelenjar pancreas melalui pulau-pulau langerhans yang tersebar di dalamnya
menghasilkan honnon insulin dan glucagon. Kedua hormon ini mengatur kadar
dan penggunaan glukosa dalarn darah. Gangguan produksi honnon insulin
mengakibatkan terjadinya penyakit diabetes
mellitus.
f.
Testis
Menghasilkan hormon testosteron
g. Ovum
Menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan
dinding rahim dan progesteron yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding
rahim.
3. Kelainan Sistem Endokrin
a. Kekurangan tiroksin
mengakibatkan badan seseorang menjadi kerdil yang biasa disebut kretinisme.
b. Kelebihan tiroksin mengakibatkan
tangan seseorang menjadi keringetan dan mata keluar yang biasa disebut basedowi
c. Pada orang dewasa
kekurangan hormon tiroksin mengakibatkan gondok
d. Kekurangan hormon somatropin
mengakibatkan kekerdilan atau dwarftisme
e. Kelebihan hormon somatropin
mengakibatkan gigantisme (raksaksa)
f. Pada orang dewasa
mengakibatkan akromegali yaitu penebalan tulang pipih.
Sistem endokrin pada
manusia
Pada tubuh manusia terdapat dua jenis kelenjar, yaitu kelenjar
endokrin dan kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak
memiliki saluran dan mensekresikan hormon yang dihasilkannya langsung ke aliran
darah. Kelenjar eksokrin adalah kelenjar yang memiliki saluran untuk hasil
sekresinya. Contoh kelenjar eksokrin adalah kelenjar ludah, kelenjar mamae, dan
kelenjar keringat.
Hormon disekresikan langsung ke dalam aliran darah untuk dialirkan ke seluruh
tubuh. Hormon yang dialirkan akan ditangkap oleh reseptornya yang spesifik
terhadap hormon tersebut.
Beberapa kelenjar juga dapat berfungsi sebagai kelenjar eksokrin seperti
ovarium dan testis yang berfungsi ganda sebagai kelenjar endokrin untuk
mengeluarkan hormon dan sebagai kelenjar eksokrin untuk mengeluarkan ovum dan
sperma. Beberapa organ seperti lambung, intestinum, dan jantung juga
memproduksi hormon, walaupun bukan sebagai fungsi utamanya.
Beberapa kelenjar endokrin dalam tubuh manusia:
1. Kelenjar pituitari
2. Kelenjar pineal
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Kelenjar adrenal
6. Pankreas
7. Kelenjar seks
8. Kelenjar lainnya
1. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis terletak di bawah hipotalamus.
Kelenjar pituitari disebut juga sebagai kelenjar master karena membantu mengatur sekresi kelenjar
endokrin lainnya. Kelenjar pituitari merupakan kelenjar kecil berbentuk seperti
biji kacang pea dengan diameter sekitar 1 cm. Kelenjar pituitari memiliki dua
bagian yaitu lobus anterior dan lobus posterior.
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh lobus anterior (adenohipofisis)
hipofisis:
a.
Hormon pertumbuhan (GH, growth hormone).
Hormon GH berfungsi dalam meumbuhan tulang, otot, dan organ lainnya. Hormon ini
sangat mempengaruhi tinggi badan seseorang. Kekurangan hormon ini dapat
menyebabkan seseorang menjadi berukuran kerdil, sebaliknya kelebihan hormon ini
menyebabkan gigantisme (pertumbuhan berlebih).
b. Hormon perangsang tiroid (TSH, thyroid stimulating hormone).
Hormon TSH atau tirotropin merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan
hormon tiroid.
c. Hormon adrenokortikotropik (ACTH).
Hormon ACTH merangsang bagian korteks kelenjar adrenal untuk mensekresikan
hormon kortisol.
d. Hormon gonadotropik.
Hormon gonadotropik merangsang kelenjar seks (gonad) atau ovarium dan testis
untuk mengatur perkembangan, pertumbuhan, dan fungsi organ tersebut.
e. Hormon prolaktin.
Hormon prolaktin merangsang perkembangan jaringan kelenjar susu selama
kehamilan dan menstimulasi produksi susu setelah kelahiran bayi.
Hormon-hormon yang dihasilkan lobus posterior hipofisis:
a. Hormon antidiuretik (ADH).
Hormon antidiuretik atau lebih dikenal dengan nama aspresin berfungsi mengatur
penyerapan air oleh ginjal sehingga urin yang dihasilkan memiliki kadar air
rendah. Hal ini penting untuk menjaga kadar air dalam tubuh.
b. Hormon oksitosin.
Hormon ini merangsang terjadinya kontraksi pada dinding uterus. Selain itu
hormon ini juga menstimulasi pengeluaran susu dari kelenjar susu (mamae)
2. Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal memiliki bentuk seperti kerucut. Kelenjar pineal terdiri
atas sebagian sel saraf dan sel pinealosit yang dapat mensekresikan hormon
melatonin. Adanya hormon melatonin akan mempengaruhi perkembangan reproduksi
dan siklus fisiologi sehari-hari.
3.
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdapat di leher. Kelenjar tersebut memiliki dua lobus,
tiap lobus berada di sisi trakea, tepat berada di bawah laring atau kantung
suara. Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin dan kalsitonin.
Hormon kalsitonin berfungsi mengurangi kadar kalsium darah.
4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid terdapat di permukaan posterior dari kenjar tiroid.
Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid atau paratohormon.
Hormon paratiroid berfungsi untuk meningkatkan kadar kalsium darah.
5. Kelenjar Adrenal
Kelenjar
adrenal atau kelenjar suprarenal terdapat di atas ginjal. Kelenjar terdiri atas
bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang disebut medulla.
Bagian korteks adrenal mensekresikan hormon steroid yang berfungsi
mengatur metabolisme tubuh.
Bagian medulla adrenal mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin yang
berfungsi untuk merespon rangsangan dari sistem saraf simpatik terutama dalam
kondisi tertekan
6. Pankreas
Pankreas merupakan organ yang terletak transversal sepanjang dinding abdominal,
posterior ke lambung dan memanjang dari daerah duodenum ke limpa. Sebagai
kelenjar endokrin, pankreas mensekresikan hormon glukagon dan insulin. Hormon
glukagon berfungsi menaikkan kadargula darah, sebaliknya, hormon insulin berfungsi
menurunkan kadar gula darah.
Pankreas juga berfungsi sebagai kelenjar eksokrin yaitu dengan
mensekresikan enzim pencernaan.
7.
Kelenjar seks (Gonad).
Gonad merupakan organ reproduksi (seks) utama, terdiri atas testis pada pria
dan ovarium pada wanita. Selain sebagai kelenjar eksokrin untuk
menghasilkan sperma, testis juga berperan sebagai kelenjar endokrin dalam
mensekresikan hormon testosteron (androgen). Ovarium juga selain menghasilkan
ovum, juga berperan mensekresikan hormon estrogen dan progesteron.
Kedua hormon
tersebut sudah mulai mensekresikan hormon sejak tahap fetus, namun baru
berfungsi aktif ketika memasuki masa puber. Kedua hormon tersebut akan mengatur
pertumbuhan dan perkembangan struktur reproduksi. Pada hal tersebut tampak pada
pembesaran suara, pertumbuhan rangka dan otot, pertumbuhan rambut tubuh, dan
meningkatnya hasrat seksual pria. Pada wanita, terjadi perkembangan
payudara, distribusi lemak di pinggul,kaki,dan payudara. Hormon progesteron dan
estrogen juga mengatur berlangsungnya
siklus menstruasi
8.Kelenjar lainnya
Sebagai tambahan, terdapat pula beberapa organ yang memiliki fungsi
menghasilkan hormon selain peran utamanya masing-masing. Peran tersebut
mencakup timus, lambung, intestinum, dan jantung
Timosin diproduksi oleh kelenjar timus, berperan penting dalam perkembangan
sistem imun tubuh. Mukosa pada lambung memproduksi hormon gastrin. Hormon
ini menstimulasi produksi asam hidroklorik dan enzim pepsin, yang digunakan
untuk pencernaan makanan. Mukosa usus halus mensekresikan hormon sekretin
dan kolesistokinin. Sekretin menstimulasi pankreas untuk memproduksi
cairan kaya bikarbonat yang menetralisir asam lambung. Kolesistokinin
menstimulasi pankreas untuk mensekresi enzim pencernaan. Jantung juga
berperan sebagai organ endokrin selain peran utamanya dalam memompa darah.
Sel
khusus dalam dinding bilik jantung yang disebut atria dapat memproduksi hormon
yang disebut hormon atrial natriuretik atau atriopeptin yang
berfungsi mengatur tekanan darah dan keseimbangan cairan.
Sistem Endokrin pada Invertebrata
Hormon pada invertebrata berfungsi untuk mengatur
penyebaran kromatofor, molting (pergantian kulit), pertumbuhan, reproduksi
secara seksual dan perkembangan. Sejumlah invertebrata tidak mempunyai organ
khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel
neurosekretori. sel neurosekretori dapat ditemukan pada semua Metazoa (hewan
bersel banyak), antara lain Coelentrata, Platyelminthes, Annelida, Nematoda,
dan Mollusca.
a. Coelentrata
Contoh hewan dari golongan ini adalah Hydra. Hydra
mempunyai sejumlah sel yang mampu menghasilkan senyawa kimia yang berperan
dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala Hydra
dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida yang disebut
aktivator kepala. Zat tersebut menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat membentuk
mulut dan tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
b. Platyelminthes
Hewan
ini dapat menghasilakan hormon yang berrperan penting dalam proses regenerasi.
Diduga hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic dan
ionik, serta dalam proses reproduksi.
c. Annelida
Sejumlah annelida seperti poliseta (mis. neris), oligiseta (mis. Lumbricus), dan Hirudinae
(mis. untuk lintah) sudah memperlihatkan adanya derajat sefalisasi yang
memadai. Otak hewan tersebut memiliki sejumlah besar sel saraf yang berfunsi
sebagai sel sekretori. Hewan ini juga telah memiliki sistem sirkulasi yang
berkembang sangat baik sehingga kebutuhan untuk menyelenggarakan sistem kendali
endokrin dapat terpenuhi. Sistem endokrin annelida berkaian erat dengan
aktivitas pertumbuhan, perkembangan, regenerasi, dan reproduksi.
d. Nematoda
Sejumlah nematoda dapat mengalami molting hingga
empat kali dalam siklus hidupnya. Hewan ini mempunyai struktur khusus yang
berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf.
Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa
diantaranya terdapat pada korda saraf.
e. Mollusca
Mollusca terutama siput mempunyai sejumlah besar
sel neuroendokrin yang terletak pada ganglia penyusun sistem saraf pusat. Hewan
ini juga memiliki organ endokrin klasik. Senyawa yang dilepaskan menyerupai
protein dan berperan penting dalam mengendalikan osmoregulasi, pertumbuhan
serta reproduksi.
Reproduksi pada Mollusca sangat rumit karena hewan
iini bersifat hermaprodit. Beberapa spesies hewan dari kelompok ini bersifat
protandri (gamet jantan terbentuk terlebih dahulu daripada gamet betina). Pada
hewan ini ditemukan adanya hormon yang merangsang pelepasan telur dari gonad
dan pengeluaran telur dari tubuh.
f. Crustacea
Sistem endokrin pada crustacea umumnya berupa
sistem neuroendokrin, meskipun mempunyai organ endokrin klasik. Fungsi tubuh
yang dikendalikan oleh sistem endokrin antara lain osmoregulasi, laju denyut
jantung, komposisi darah, pertumbuhan, dan pergantian kulit. Sistem kendali
endokrin yang berkembang paling baik ditemukan pada Melacostra (mis. ketam,
lobster, dan udang).
g. Insecta
Pada sistem saraf insecta terdapat tiga kelompok
sel neuroendokrin yang utama, yaitu:
1) Sel
neurosekretori medialis
2) Sel
neurosekretori lateralis
3) Sel
neurosekretori subesofageal
Organ endokrin klasik lainnya yang terdapat pada
insecta yaitu kelenjar protoraks. Pada insecta yang lebih maju, kelenjar
protoraks terdapat di daerah toraks, namun pada insecta yang kurang berkembang
dapat ditemukan di daerah kepala.
Sistem endokrin pada insecta berfungsi untuk mengendalikan berbagai
aktivitas antara lain aktivitas pertumbuhan.
Sistem saraf dan sistem endokrin suatu serangga
berperan dalam mengendalikan respons fisiologis dan tingkah lakunya. Sistem
saraf mengendalikan aktivitas yang memerlukan respon yang cepat. Sebaliknya,
sistem endokrin mengendalikan perubahan-perubahan yang berlangsung lama dalam
perkembangan, pertumbuhan, reproduksi, dan metabolisme. Sistem endokrin dan
informasi sensori yang berasal dari lingkungan dikoordinasikan melalui otak
serangga. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar dan sel-sel khusus yang mengsekresikan
hormon.
Beberapa kelenjar dan sel neurosekretori pada
serangga telah diketahui menghasilkan hormon. Funsu utama dari hormon tersebut
adalah untuk mengendalikan proses reproduksi, pergantian kulit, dan
metamorfosis. Adapun beberapa diantara hormon tersebut adalah:
· Hormon Otak atau Hormon
Protoraksikotropik (PTTH): berperan dalam pergantian kulit dan dalam
pengendalian diapause. Berperan juga dalam merangsang penghasilan hormon
ekdison.
· Hormon Ekdison: berperan dalam hal
mengawali pertumbuhan dan perkembangan serangga, dan juga yang menyebabkan
terjadinya apolisis (peristiwa terjadinya pemisahan epidermis dari kutikula
sebagai bagian dari proses molting).
· Hormon Juvenil: berperan dalam hal
penghambatan metamorfosis maupun dalam hal vitellogenesis,
aktivitas tanbahan kelenjar reproduksi dan produksi feromon.
Sistem Endokrin pada Vertebrata
Sistem endokrin pada vertebrata terutama tersusun atas berbagai organ
endokrin klasik. Sistem endokrin pada vertebrata dapat dibedakan menjadi :
a. Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus merupakan baian otak vertebrata
yang terletak di bawah thalamus dan berperan dalam mempertemukan sistem saraf
dan endokrin. Thalamus adalah kumpulan sel saraf yang terletak di bagian tengah
otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi mengendalikan kelenjar pituitari,
sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya.
Olek karena itu hipotalamus disebut juga dengan kelenjar induk (master of
gland).
Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan
dibawa ke pituitari. Ada dua jenis hormon dari hipotalamus, yaitu hormon yang
dilepaskan ke pituitari depan (adenohipofisis) dan hormon yang
dilepaskan ke pituitari belakang (neurohipofisis).
Hormon hipotalamus yang dilepas pituitari belakang
adalah vasopresin atau hormon antiduretik (ADH) dan oksitosin. Hormon penting
lain yang dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu hormon pelepas (realising
hormon, RH) dan hormon penghambat (realize inhibiting hormone, RIH).
b. Organ Endokrin Tepi
Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di
luar hipotalamus dan pituitari. Saat ini telah diketahui bahwa jantung juga
menghasilkan hormon yaitu atrial
naturetic peptide (ANP).
Hampir semua aktivas tubuh hewan dipengaruhi
oleh hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses pengenceran, peredaran darah
(yang melibatkan jantung dan pembuluh darah), pengeluaran, osmoregulasi,
termoregulasi dan reproduksi. Dalam mengatur aktivitas tubuh, sistem endokrin
biasanya bekerjasama dengan sistem saraf.
Keseimbangan kadar kalsium dalam darah manusia
dapat dicapai melalui kerja sama antar hormon paratiroid dan kalsitonin.
Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting karena akan memengaruhi
kemampuan saraf otak untuk menerima rangsang, pembekuan darah, permeabilitas
membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Peningkatan kadar kalsium
darah akibat kerja hormon paratiroid.
Sama seperti kadar kalsium, kadar dalam darah juga
dikendalikan oleh hormon, terutama insulin dan glukagon. Peningkatan kadar gula
dalam darah juga disebabkan oleh adanya hormon epineprin dan glukokortikoid.
Hormon lain juga memengaruhi kadar gula dalam darah yaitu hormon pertumbuhan
(growth hormon, GH), hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon tiroid. GH
menyebabakan peningkatan kadar gula darah, sedangkan TSH dan hormon tiroid
memiliki pengaruh yang bersifat kompleks (dapat menurunkan dan meningkatkan
kadar gula darah).
c. Kelenjar Pineal
Terdapat pada permukaan atas talamus diantara
hemisfer serebrum. Kelenjar ini mensekresi melatonin. Melatonin dan serotonin
telah diidentifikasi pada pineal burung dan amfibi. Enzim yang
responsibel untuk pembentukan hormon ini adalah Hydroxyndol-o-methyl
transferase.
Feromon pada Hewan
Feromon adalah zat kimia yang berasal dari
kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama
jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda
dengan hormon, feromon menyebar keluar tubuh dan hanya memengaruhi dan dikenali
oleh individu lain yang sejenis (satu spesies).
a. Feromon
pada Kupu-Kupu
Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan
sayapnya, saat itulah feromon tersebar di udara dan mengundang lawan jenisnya
untuk mendekat secara seksual. Feromon seks memiliki sifat yang spesifik untuk
aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak akan
merespon terhadap feromon yang dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang
berbeda.
b. Feromon
pada Rayap
Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya,
individu rayap yang berada di depan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail
following pheromone) yang keluar dari kelenjar stenum (sternal gland di
bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di
belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau
makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.
Disamping feromon penanada jejak , para pakar
etologi (perilaku) rayap juga menganggap bahwa pengaturan koloni berada di
bawah kendali feromon dasar (primer pheromone).
c. Feromon
pada Ngengat
Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat
jantan beberapa kilometer jauhnya dengan memproduksi feromon yang disebut
“disparlur”. Karena ngengat jantan mmampu mengindra beberapa ratus molekul dari
betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara, disparlur
tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar sekalipun.
d. Feromon pada
Semut dan Lebah Madu
Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk
menunjukkan jalan menuju sumber makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak
hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya, tetapi juga meninggalakan zat
kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang. Demikian pula, semut
pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda bahaya, yang
digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan
pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi
feromon sehingga isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat
bahayanya.
Definisi:Hormon
Hormon adalah zat kimia yang terbentuk dalam satu
organ atau bagian tubuh dan dibawa dalam
darah ke
organ atau bagian di mana mereka menghasilkan efek fungsional. Hormon membawa
pesan dari kelenjar kepada sel-sel untuk mempertahankan tingkat bahan kimia
dalam aliran darah yang mencapai
homeostasis. Tergantung pada efeknya masing-masing,
hormon dapat mengubah aktivitas fungsional, dan kadang-kadang struktural satu
atau beberapa organ atau jaringan.
“Hormon”
istilah berasal dari kata Yunani “hormao” yang berarti menggairahkan atau
membangkitkan. Hal ini mencerminkan peran hormon yang bertindak sebagai katalis
untuk perubahan kimia lainnya pada tingkat sel yang diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan energi. Hormon beredar bebas dalam aliran darah,
menunggu untuk dikenali oleh sel target yang menjadi tujuan mereka. Sel target
memiliki reseptor yang hanya dapat diaktifkan dengan jenis hormon tertentu.
Setelah diaktifkan, sel tahu untuk memulai fungsi tertentu, misalnya
mengaktifkan gen atau memproduksi energi kembali.
Hormon dapat diklasifikasikan menurut
situs mereka bertindak dengan situs mereka diproduksi, menjadi hormon
endokrin, hormon parakrin dan hormon otokrin.
• hormon endokrin: hormon disekresikan
oleh kelenjar endokrin.
• hormon parakrin: hormon yang bertindak pada sel-sel
tetangga lokal.
• hormon autokrin: hormon yang bertindak pada sel
memproduksinya.
Hormon juga
dapat dibagi menurut kimiawinya, menjadi dua kelompok utama:
Hormon yang larut lemak:
• hormon
steroid - berasal
dari
kolesterol.
• hormon tiroid - T3 dan T4 yang disintesis dengan
melampirkan
yodium ke asam amino
tirosin.
• nitrat oksida - hormon gas yang juga bertindak
sebagai neurotransmitter.
Hormon yang larut air:
• hormon
amina - disintesis
dari
asam amino tertentu.
• hormon peptida atau hormon
protein - polimer asam amino.
• hormon eikosaniod - hormon yang berasal dari asam arakidonat
Struktur Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani,hormone,berarti
“merangsang”) adalah sinyal kimiawi yang disekresikan ke dalam cairan tubuh,
paling sering kedalam darah dan mengkomunikasikan pesan-pesan yang bersifat
mengatur di dalam tubuh. Hormon bisa mencapai smua bagian tubuh, tetapi jenis
sel-sel tertentu saja, yaitu sel-sel target, yang memiliki kemampuan memberikan
respon terhadap sinyal tersebut. Dengan demikian, hormon tertentu yang
bersirkulasi dalam aliran darah akan menimbulkan respon spesifik dari sel-sel
target. Secara keseluruhan, semua sel penghasil hormone pada seekor hewan
menyusun system endokrin. Organ pensekresi hormone disebut kelenjar endokrin,
dan juga disebut kelenjar buntu atau tanpa duktus (ductless gland)
karena mensekresikan pembawa pesan kimiawinya secara langsung ke dalam cairan
tubuh. Beberapa contoh kelenjar endokrin antara lain: hipotalamus, hipofise,
tiroid, paratiroid, thymus, pancreas, mukosa lambung, usus halus, adrenal,
ginjal, dan gonade.
Berdasarkan komposisi kimianya hormon dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a. Kelompok yang berasal dari derivate
asam amino. dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan
nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin
b. Kelompok yang berasal dari polipeptida
(protein), dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari jaringan alat
pencernaan. Contoh : hormon-hormon pituitaria (FSH, LH, TSH, ADH, dan
oksitosin)
c. Kelompok yang berasal dari kolesterol
(hormon steroid), dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium,
contoh: progesteron, estrogen, aldosteron, dsb.
d. Kelompok yang berasal dari asam lemak
tak jenuh dengan atom C-20 (hormon eikosanoat). Contoh: prostaglandin.
Sedangkan berdasarkan fungsinya, hormon dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Hormon perkembangan, yaitu hormon yang
memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan
oleh kelenjar gonad
b. Hormon metabolisme, proses homeostasis
glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid,
glukagon, dan katekolamin
c. Hormon tropic, dihasilkan oleh
struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise
sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses
spermatogenesis (LH)
d. Hormon pengatur metabolisme air dan
mineral, kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme
kalsium dan fosfor.
Prinsip Umum Komunikasi Antar Sel
Molekul sinyal ekstraseluler berikatan dengan
reseptor yang spesifik. Sebagai contoh, budding pada khamir Saccharomyces
cerevisiae. Sel-sel khamir berkomunikasi dengan sel lainnya untuk perkawinan
dengan mensekresikan beberapa macam peptida kecil. Molekul sinyal ekstraseluler
dapat bertindak pada jarak yang dekat ataupun jauh.
Ada 4 tipe sinyal komunikasi sel yaitu:
1. Paracrine signaling; bergantung pada
sinyal-sinyal yang dikeluarkan ke dalam ruang ekstraseluler dan menyebabkan
terjadinya suatu proses secara lokal atas sel-sel tetangga. Pada tipe sinyal
ini, molekul-molekul sinyal disekresikan, molekul sinyal yang disekresikan
mungkin dibawa jauh untuk bertindak berdasarkan target yang jauh, atau mungkin
bertindak sebagai perantara lokal yang hanya mempengaruhi sel-sel dalam
lingkungan yang dekat dari pemberian isyarat sel.
2. Synaptic signaling; dilakukan dengan
neuron yang meneruskan sinyal-sinyal secara elektrik sepanjang akson dan
melepaskan neurotransmitter di sinapsis, yang seringkali berlokasi jauh sekali
dari sel. Sel saraf (neuron) dimana khususnya menyampaikan proses-proses
panjang (akson) memungkinkan sel saraf untuk kontak dengan sel target yang
letaknya jauh sekali. Ketika diaktivasi oleh sinyal-sinyal dari lingkungan atau
dari sel-sel saraf lainnya, neuron mengirimkan impuls elektrik secara cepat di
sepanjang akson; ketika impuls mencapai ujung akson, hal ini menyebabkan ujung
saraf mensekresikan sinyal kimiawi yang disebut neurotransmitter. Sinyal ini
disekresikan ke cell junctions khusus yang disebut chemical synapses. Synaptic
signaling lebih tepat daripada endocrine signaling dalam hal waktu dan tempat.
3. Endocrine signaling; bergantung pada
sel-sel endokrin, yang memsekresikan hormon ke aliran darah yang lalu
didistribusikan secara luas di sepanjang tubuh. Sel-sel endokrin mensekresikan
molekul-molekul sinyal yang disebut hormon ke aliran darah yang membawa sinyal
ke sel target yang didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh.
4. Autocrine signaling; tipe ini dapat
mengkoordinasi keputusan dengan grup-grup sel serupa. Pada autocrine signaling,
sel mensekresikan molekul sinyal yang dapat berikatan kembali dengan
reseptornya sendiri. Autocrine signaling merupakan tipe paling efektif ketika
dilakukan secara serempak dengan sel-sel tetangga yang tipenya sama. Autocrine signaling
dianggap menjadi suatu mekanisme yang mungkin mendasari "efek
komunitas" yang diamati pada perkembangan awal, selama grup sel-sel serupa
dapat menanggapi sinyal yang menginduksi diferensiasi tapi tidak dapat pada sel
tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker seringkali menggunakan
autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada perkembangbiakan dan
kelangsungan hidup sel.
Gap junctions membolehkan informasi sinyal untuk
dibagi dengan sel-sel tetangga. Saluran-saluran gap junctions membolehkan
pertukaran molekul-molekul sinyal intraseluler kecil (perantara intraseluler),
seperti Ca2+ dan cyclic AMP, tetapi bukan makromolekul, seperti protein atau
asam nukleat. Sel-sel yang terhubung dengan gap junctions dapat berkomunikasi
dengan sel lainnya secara langsung.
Ada 2 tipe reseptor yaitu reseptor intraseluler
dan reseptor permukaan sel. Reseptor intraseluler ada yang lambat (mengubah
ekspresi gen) dan cepat (mengubah fungsi protein). Contoh reseptor intraseluler
yang cepat adalah sinyal gas nitrat oksida yang berikatan secara langsung
dengan enzim dibagian dalam sel target. 3 kelas terbesar pada protein reseptor
permukaan sel:
1. Ion-channel-linked receptors juga
dikenal sebagai transmitter-gated ion channels atau ionotropic receptors.
Membuka atau menutup secara singkat sebagai jawaban atas pengikatan suatu
neurotransmitter.
2. G-protein-linked receptors:
memerantarai respon terhadap berbagai macam molekul sinyal,meliputi hormon,
neurotransmitter, dan perantara lokal. Semua G-protein-linked receptors
termasuk famili besar homolog, 7-pass transmembrane proteins. Protein reseptor
ini dapat mengaktivasi atau inaktivasi enzim yang terikat pada membran plasma
atau ion channel melewati protein G secara tidak langsung.
3. Enzyme-linked receptors memiliki 6
subfamili yaitu receptor tyrosine kinase, tyrosine-kinase associated-receptors,
receptorlike tyrosine phosphatases, receptor serine/threonine kinases,receptor
guanylyl cyclases, dan histidine-kinase-associated receptors. Protein reseptor
ini merupakan protein transmembran dengan domain pengikatan ligan pada
permukaan luar membran plasma. Contoh: kemotaksis bakteri yang diperantarai
oleh histidine-kinase-associated chemotaxis receptors.
Tahap proses cell signaling yaitu:
1. Reception; agak mirip dengan
pengenalan enzim dengan substratnya (kompleks enzim-substrat), sama dengan
hipotesis kunci dan gembok dari pengenalan enzim dan substrat. Molekul ligan
(biasanya larut dalam air) dikenal oleh hanya 1 protein reseptor yang berikatan
dengan membran sel.
2. Transduksi; menimbulkan perubahan
konformasi pada reseptor. Perubahan konformasi ini menyebabkan reseptor
berinteraksi dengan molekul intraseluler lainnya. Transduksi mungkin
menyebabkan banyak perubahan konformasi/struktural pada protein seluler
lainnya. Enzim yang tidak aktif menjadi aktif; Respon; biasanya aktivitas
seluler, sebagai katalisis enzim atau penyusunan kembali sitoskeleton atau
aktivitas gen yang spesifik.
Reseptor Sel
Struktur protein reseptor di membran plasma
cukup beragam.. Keanekaragaman struktur ini berkaitan dengan kenyataan bahwa
hormone yang mampu berinteraksi dengan reseptor membran plasma juga secara
struktural bermacam-macam. Golongan katekolamin, misalnya, adalah molekul
kecil, sedangkan hormone glikoprotein misalnya thyroid stimulating hormone
(TSH) dan golongan gonadotropin, luteinizing
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH), memiliki struktur yang
kompleks.
Secara umum, protein
reseptor membran dapat dibagi menjadi 3 ranah ataudomain yang secara fungsional
berbeda. Ranah pengikat ligan, yang sering mengalami glikosilasi berat,
terdapat di bagian ekstra sel dari membran sel dan seperti yang diisyaratkan
oleh namanya, bertanggung jawab mengikat hormon dalam darah. Ranah transmembran
terdiri dari tujuh kumpulan residu asam amino α-heliks terpisah yang terentang
menembus membran (membrane spanning) dan menambatkan reseptor ke sel.
Konfigurasi heliks transmembran mungkin membentuk suatu “kantung” bagi ligan.
Ranah sitoplasma adalah rantai asam amino dengan panjang beragam yang memanjang
dari ranah VII. Ranah sitoplasma beberapa reseptor memiliki fungsi katalitik,
seperti aktivitas tirosin kinase.
Efek Intrasel Pengikatan Ligan ke Reseptor
Permukaan Sel :
Pengikatan ligan ke reseptor mencetuskan suatu
jenjang reaksi biokimia yang akhirnya mengaktifkan sistem efektor intrasel.
Reseptor digolongkan berdasarkan sistem efektor intrasel atau “perantara kedua” mana yang
terinduksi oleh sinyal pengikatan hormon ke reseptor.
Golongan utama pada jalur reseptor
membran-efektor adalah cAMP, inositol 1,4,5-trifosfat (IP3),
diasilgliserol (DAG), atau ion terutama Ca2+, yang berfungsisebagai perantara kedua di dalam sitosol. Bagi banyak
resptor, sistem efektor sitosolik atau perantara kedua ini berfungsi hanya
apabila protein transduser intramembran (yang dkenal sebagai protein G karena
berikatan dengan guanidine trifosfat (GTP)) telah diaktifkan.
Golongan kedua reseptor membran hanya memiliki
sebuah ranah transmembran dan dengan sedikit perkecualian, tidak memerlukan
intervensi enzim ata protein G intramembran terpisah untuk menyalurka efek
fisiologis ligan. Reseptor-reseptor ini mengandung sisem efektor sebagai bagian
intrinsic strukturnya. Misalnya, reseptor untuk insulin dan untuk faktor
pertumbuhan lainnya seperti faktor pertumbuhan mirip insulin I (IGF-I), platelet-derived growth factor (PDGF), dan faktor pertumbuhan
epidermis (EGF), memiliki aktivitas enzimatik di dalam ranah intrasel yan dapat
memfosforilasi residu tirosin (suatu aktivitas tirosin kinase). Apabila
reseptor tersebut mengukat hormon, tirosin kinase terangsang untuk melakukan
autofosforilasi terhadap rsidu trosin pada reseptor, yang kemudian melakukan
fosforilasi protein lain di dalam sel. Terjadi pengaktifan protein yang berjenjang,
dan masing-masing kinase pada jenjang tersebut melakukan fosforilasi protein
berikutnya pada sekuens.
Pengaturan Reseptor Permukaan Sel :
Jumlah reseptor pada sebuah sel diatur oleh proses yang
dikenal sebagaidown-regulation. Setelah hormon berikatan dengan
reseptor, kompleks hormon-reseptor diserap oleh sel melalui proses endositosis.
Vesikel endositik kemudian berfusi dengan lisosom, dan enzim lisosom
menguraikan hormon peptida tersebut. Reseptor juga mungkin terurai, atau didaur
ulang ke permukaan sel. Internalisasi reseptor ini menurunkan jumlah reseptor
yang terdapat di permukaan sel. Dengan demikian, resptor mengalami down-regulation (tertekan).
Mekanisme Seluler Kerja Hormon
Mekanisme kerja hormon secara umum diawali oleh
adanya ikatan hormon dengan reseptor spesifik yang terdapat pada sel target,
yang kemudian memacu reaksi enzimatis berantai (kaskade) sehingga menimbulkan
efek seluler tertentu. Ada beberapa model mekanisme kerja hormon pada sel
target, antara lain:
1. Mekanisme kerja FSH pada sel target
Mekanisme kerja FSH pada sel target berawal
dari:
a. Ikatan antara domain protein FSH
dengan reseptor spesifik FSH (R-FSH) yang terletak pada permukaan luar membran
plasma sel granulosa, dan bagian karbohidrat FSH berinteraksi dengan komponen
membran molekul reseptor (Hsueh et
al., 1989; Timossi et al.,
1998).
b. Kompleks ikatan FSH-RFSH berperan
mengaktifkan protein G (Gs), selanjutnya protein G mengaktifkan enzim adenilat
siklase (AC) yang terdapat di dalam membran plasma sel granulosa (intrinsik).
c. Enzim AC berperan mengubah adenosine triphosphate (ATP) menjadicyclic-adenosine
monophosphate (cAMP) sehingga
terjadi peningkatan jumlah cAMP intraseluler.
d. Selanjutnya, cAMP sebagai second messenger berperan mengaktifkan subunit
regulatori protein kinase A (PKA) yang selanjutnya akan mengaktifkan subunit
katalitik PKA yang berperan memfosforilasi protein kunci yang terlibat dalam
pengaktifan gen-gen di dalam inti sel granulosa.
e. Efek seluler.
In vitro, rangsangan FSH atau jumlah cAMP dapat ditingkatkan dengan
cara :
a. Menambahkan forskolin yaitu suatu
senyawa yang berperan sebagai aktivator enzim adenilat siklase sehingga
meningkatkan akumulasi cAMP.
b. Menambahkan teofilin (methylxanthines)
yaitu suatu senyawa yang berperan sebagai inhibitor aktivitas enzim
fosfodiesterase (PDE) sehingga menghambat pemecahan cAMP menjadi bentuk
inaktifnya AMP.
c. Choleragen: meningkatkan cAMP dan
reseptor LH.
d. Cholera toxin bersifat merangsang
aktivitas AC pada berbagai sel.
e. Bt2cAMP (dibutiril cAMP)
2. Mekanisme kerja GnRH melalui 2 cara:
Mekanisme dependent-calcium ekstraseluler. GnRH berinteraksi
dengan 3 protein membran: (1) reseptor untuk pengikatan ekstraseluler, (2)
interaksi dengan protein G yang mengaktifkan enzim phospholipase C (PLC), dan (3) PLC mengaktifkan
protein tirosin-kinase. Protein tirosin-kinase memfosforilasi tirosin untuk
mengaktifkan enzim PLC yang berperan mengubah phosphatidylinositol
4,5-biphosphate (PIP2)
menjadi 2 second messenger yaitu: (1)phosphatidylinositol
triphosphate (IP3)
yang berperan meningkatkan kadar Ca+2intraseluler dari retikulum
endoplasmik dan membuka pintu saluran masuk ion Ca+2dari luar sel
(ekstraseluler). (2) diacylglicerol (DAG) yang berperan mengaktifkan PKC
di sitoplasma, selanjutnya PKC mengaktivasi transkripsi gena melalui proses
fosforilasi untuk meningkatkan biosintesis GnH.
3. Mekanisme kerja hormon insulin
a. Insulin berikatan dengan reseptor
spesifik (pada membran sel otot atau hepar) membentuk HR kompleks.
b. HR kompleks merangsang ekspresi gena
yang terlibat metabolisme glikogen.
c. Efek seluler yang ditimbulkan adalah ® menurunkan
kadar glukosa darah dan penyimpanan glukosa menjadi glikogen di otot dan hati.
4. Mekanisme kerja hormon tiroksin
a. Tiroksin masuk ke dalam sel ® T4
diubah menjadi T3 ® berikatan dengan reseptor spesifik
(pada inti sel) membentuk HR kompleks.
b. HR kompleks merangsang ekspresi gena
yang terlibat dalam metabolisme secara umum (metabolic rate) ® mRNA ® protein.
c. Efek seluler yang ditimbulkan ® meningkatkan
metabolisme sel-sel tubuh.
5. Mekanisme kerja hormon steroid
Mekanisme kerja hormon
progesteron dalam merangsang pertumbuhuan endometrium.
a. Hormon progesteron menembus dinding
sel yang tersusun atas lipid bilayer menuju ke tempat reseptor spesifiknya
yaitu di sitoplasma atau inti sel (R-P lebih banyak di sitoplasma, sedangkan
R-E2 lebih banyak di
inti sel).
b. Ikatan hormon reseptor akan
mengaktifkan bagian tertentu dari DNA dan memacu terjadinya proses transkripsi
DNA menjadi mRNA (dipicu oleh polimerase RNA II).
c. Selanjutnya mRNA akan menuju ke
ribosom untuk sintesis protein baru yang diperlukan untuk meningkatkan
pertumbuhuan endometrium.
d. Respon seluler: pertumbuhan
endometrium.
6. Mekanisme transduksi sinyal regulasi
melibatkan protein kinase C (PKC).
a. GnRH berikatan dengan reseptor
spesifik pada membran sel dan mengaktifkan protein tirosin-kinase
b. Protein tirosin-kinase memfosforilasi
tirosin untuk mengaktifkan enzim fosfolipase C (phospholipase C, PLC)
c. Enzim PLC berperan mengubah phosphatidylinositol
4,5-biphosphate (PIP2)
menjadi 2 second messenger yaitu: phosphatidylinositol
triphosphate (IP3)
dan diacylglicerol (DAG).
d. Phosphatidylinositol triphosphate (IP3) yang berperan
meningkatkan kadar Ca+2 intraseluler
dari retikulum endoplasmik dan membuka saluran masuk ion Ca dari luar sel
(ekstraseluler) terjadi pembebasan GnH secara eksositosis.
e. Diacylglicerol (DAG) yang berperan mengaktifkan
protein kinase C (PKC) di sitoplasma, selanjutnya PKC mengaktivasi transkripsi
gena melalui proses fosforilasi untuk meningkatkan biosintesis GnH.
f. Respon seluler: peningkatan
biosintesis dan sekresi GnH oleh sel gonadotrope.
7. Mekanisme kerja hormon epinefrin
Mekanisme kerja hormon
epinefrin melalui dua jalur yaitu lewat pengaktifan reseptor b-adrenergik dan a-adrenergik:
a. Epinefrin berikatan dengan reseptor b-adrenergik (pada inti sel otot atau
hepar) membentuk HR kompleks, kemudian mengaktifkan jalur kaskade cAMP.
b. Epinefrin berikatan dengan reseptor a-adrenergik (pada inti sel otot atau
hepar) membentuk HR kompleks, kemudian mengaktifkan jalur kaskade
fosfoinositidase.
c. merangsang ekspresi gena yang terlibat
dalam metabolisme glikogen
d. Efek seluler yang ditimbulkan adalah
meningkatkan kadar glukosa untuk sumber energi aktifitas otot.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 1996. BIOLOGI jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Gibson, john. 1995. Anatomi
dan Fisiologi Modern. Jakarta.
Pearce,
Evelyn C., 1979. Anatomi dan
Fisiologi untuk para Medis. Erlangga.
Jakarta.
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan
Molekuler. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Wolve, S.L. 1932. Introduction to Cell Biology.
Wadswordh Publising Company Melmont, California.